Membalasmu ?? Hhhh.. Aku Tidak Se-Kampret Itu, Kawan..

Entah kenapa, kejadian pagi ini tiba-tiba langsung saja membuat saya ingin menulis sebuah cerpen. Kisah nyata ? Bisa jadi sih, tapi ya bisa dikatakan separuh-separuh lah. Ada cerita fiktif nya juga lah, hehehe...

So, untuk kali ini, biarkanlah saya menulis sebuah cerita singkat untuk meluapkan segala bentuk emosi saya hari ini. :)


Membalasmu ?? Hhhh.. Aku Tidak Se-Kampret Itu, Kawan.

Berkecamuk. Ya, rasa itulah yang ada di hati seorang wanita muda bernama Fanny ini. Itu terjadi ketika ia baru saja keluar dari pintu kantornya menuju rumah. Hari itu adalah hari terberatnya.

"Ma, malam ini makan apa ya enaknya," suaminya bertanya.
"hmm.. ?" jawabnya asal, sambil menggendong buah hatinya yang sedang asyik memainkan ujung kerah seragam kemeja kantornya.

Tersentak, Fanny tersadar bahwa selepas beban kerjanya, dia juga harus memikirkan keperluan rumah tangganya, salah satunya adalah menu makan malam untuk suami dan anak semata wayangnya itu. 

Sudah hampir satu tahun ini, Fanny dan suami pindah ke rumah kecil mereka yang masih dalam proses cicilan bank. Mungkin akan lunas ketika anak mereka beranjak dewasa. Tapi tak apalah, paling tidak Fanny merasa lebih nyaman di rumahnya sendiri daripada harus tinggal bersama mertua atau orangtuanya sendiri. Tidak, bukan karena mertua atau orangtuanya jahat, hanya saja menurutnya, ini adalah soal prinsip. Ketika sudah menikah, ya susah senang harus bersama suami.

"Ma.. ?" panggil suaminya.
"Eh, iya?" jawabnya tersadar. "Udah disiapin bahannya tadi pagi, pa. Mama taruh dikulkas, paling bentar aja masaknya," ujarnya.
"Oke, berarti langsung pulang ya ?," tanya suaminya.
"Iya, pa langsung pulang aja," jawabnya sambil melihat kosong ke luar jendela. meninggalkan tatapan suaminya yang terpana melihat sikapnya sore itu.

Sesampai di rumah, dengan sigap Fanny membereskan semuanya. Meski dikepalanya penuh dengan beragam pemikiran-pemikiran, namun tak sedikitpun ia melupakan kewajibannya sebagai seorang istri sekaligus ibu di rumah tangganya. 

Setelah siap semua, suami udah mandi, makan, anakpun udah makan dan ganti baju, siap untuk ditidurkan dengan nyaman. Fanny pun bergegas ke kamar mandi untuk juga membersihkan dirinya, sholat, mengecek segala keperluan untuk besoknya. Apappun yang terjadi besok tetaplah akan datang, dan Fanny tak ingin langkahnya meniti hari esok kandas hanya karena kepikiran teman yang.. yah, bisa dikatakan kampret.

Fanny adalah seorang wanita 32 tahun, bekerja di sebuah perusahaan menengah di sebuah kota yang sedang berkembang. Posisinya di perusahaan adalah staf, yang bisa kita ketahui staf adalah orang yang mengurusi segala bentuk pekerjaan yang diberikan oleh atasan yang hanya mengetahui, bahwa staf bisa untuk menyelesaikan semuanya tanpa sebuah excuse.

Fanny mulanya bekerja seperti biasa, lambat laun, ia merasa beban pekerjaannya mulai bertambah, tanpa diimbangin dengan income yang ia terima. Tapi ia tetap tabah, cukup sabar untuk tetap meneruskan pekerjaannya tanpa mengeluh sedikitpun. Dengan banyaknya beban pekerjaannya membuatnya tidak terlalu memiliki teman dekat di kantornya, karena waktunya memang sudah habis untuk menyelesaikan pekerjaannya ditambah dengan mengurusi se-abreg pekerjaan rumah tangganya. Ia menjadi sosok yang pendiam.

Resign ?. Menurutnya untuk saat ini, itu bukanlah suatu pilihan yang tepat. Mengingat kondisi finansial rumah tangganya tidak akan bisa tertopang jika hanya mengandalkan gaji suaminya yang juga hanya sebagai seorang staf biasa di sebuah perusahaan asuransi. Untuk itulah ia masih bertahan, enah sampai kapan.

Hanya saja, emosinya kembali digelitik oleh perilaku teman atau beberapa temannya mungkin, entahlah. Hanya saja, karena hal itu ia sama sekali menjadi tidak bernafsu untuk kembali bekerja keras di kantornya sebagaimana biasanya.

Mungkin baginya mudah saja untuk membalas semua perilaku temannya, yang ber-haha hihi didepannya tapi ternyata menusuknya dari belakang. Hanya saja, pemikirannya tidak menjangkau setinggi itu untuk memelihara dendam membalasnya. 

Mungkin pula baginya menjadi tidak adil ketika ia dipersalahkan sedemikian rupa hanya karena sesuatu yang sepele sekali. Mengingat keringatnya hanya dibayar mungkin hanya sepertiga dari gaji seorang teman yang mengatainya dibelakang itu, entahlah.

Fanny pun kemudian tertidur setelah beragam godaan untuk membalaskan dendamnya berkecamuk di pikirannya. Hanya saja, sampai ia tertidur tidak satupun rencana yang berhasil ia susun untuk melakukan pembalasan dendam itu.

"Membalasmu ?? Hmmm, Aku Tidak Se-Kampret Itu, Teman," Ujarnya pada diri sendiri, sebelum akhirnya ia tertidur diantara dua orang kesayangannya, yang akan selalu dengan tulus mencintainya dalam kondisi dan situasi apapun.

Kota Jambi, 6 Mei 2015
03.46 PM

*Ini Baru Segelintir Cerita dari Kantornya..

Komentar

Postingan Populer